Senin, 25 April 2016

Harga Tas Andhika The Titans Tidak Mahal

     Apa hal yang menjadi ciri khas dari seorang Andhika The Titans? Ya, tentu saja tas slempang yang sering ia pakau. Tapi ternyata saat ia bermain ke kantor salah satu TV swasta di Tebet beberapa waktu lalu (18/4), Andika mengungkapkan kalau harga seluruh tas slempangnya-nya tidak pernah melebihi satu juta!
 
     "(Harga tas) Nggak mahal-mahal banget, paling di bawah 500 ribu lah, nggak sampai sejuta. Buat apa juga beli tas mahal-mahal, kalau cewek kan ada tas mahal-mahal, kalau saya kan bukan cewek," jelas Andika sambil sedikit tertawa.

     Bahkan Andhika sendiri mengaku, kalu tas slempang yang ia miliki ada beberapa hadiah dari para fansnya. Meski begitu, sampai saat ini belum pernah ada pengalaman fans yang meminta tas slempang yang digunakan Andika.

     "Yang ngasih ada, kalau yang minta kayaknya sih nggak. Paling ada yang nanya 'Kak Andika itu pakai tas mulu, isinya apa aja sih?' Ada kulkas, lemari, papan tulis (sambil tertawa lepas). Paling bercanda aja," lanjutnya.

     Meskipun ia sebagai anak band yang terkenal, Andhika sama sekali tidak berminat untuk membeeli tas import dengan harga yang sangat mahal, jadi jarang sekali ia kehilangan tas slempangnya itu. Di sisi lain, fungsi selalu jadi pertimbangan utama keyboardist kece ini saat akan membeli tas slempang.




Gallih Gumilang
1MA06

Rabu, 20 April 2016

Foto Jurnalistik, Penyuntingan dan Penulisan Ulang

SEJARAH FOTO JURNALISTIK
Foto jurnalistik berakar dari fotografi dokumenter setelah teknik perekaman gambar secara realis ditemukan. Embrio foto jurnalistik muncul pertama kali pada Senin 16 April 1877, saat surat kabar harian The Daily Graphic di New York memuat gambar yang berisi berita kebakaran hotel dan salon pada halaman satu. Terbitan tersebut menjadi tonggak awal hadirnya foto jurnalistik pada media cetak yang saat itu hanya berupa sketsa.
Terbitan The Daily Graphic yang memuat gambar terpaut lebih dari setengah abad sejak Louis J.M. Daguerre yang berkebangsaan Prancis pada 19 Agustus 1839 mengumumkan hasil eksperimen fotografinya. Setelah muncul di koran, fotografi yang kala itu juga menjadi pertentangan apakah sebagai produk seni terus berkembang. Kemajuan pesat fotografi tercatat pasca tahun 1884 setelah George Eastman menciptakan film (setara ISO 24 saat ini).
Sejarah Foto Jurnalistik Di Indonesia
Di Tanah Air, fotografi ditengarai masuk tahun 1841 oleh Juriaan Munich, seorang utusan kementerian kolonial lewat jalan laut di Batavia. Sejarah foto jurnalistik Indonesia diwakili kantor berita Domei, surat kabar Asia Raya, dan agensi foto Indonesia Press Photo Service (IPPHOS). Berbeda dengan Kassian Cephas yang cenderung mooi indie, ada nama juru foto H. M. Neeb dengan karyanya yang fenomenal kurun 1904 tentang perang Aceh. Satu foto Neeb memperlihatkan barisan tentara kolonial berdiri di atas benteng bambu dengan mayat-mayat bergeletakan di tanah. Tanpa kehadiran Neeb tak ada kesaksian perang Aceh melawan kolonial.
Bulan Agustus di tahun 1945 mencekam. Tentara Heiho bersenjata masih berpatroli di jalanan Jakarta. Subuh di bulan Ramadhan tanggal 17 Agustus, dua bersaudara Alex dan Frans membawa kamera menuju kediaman Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur 56. Mereka berangkat karena mendengar informasi adanya peristiwa penting terkait perjuangan.
Akhirnya pada sekira pukul 10.00 proklamasi yang teramat penting itu terekam dalam lembaran film. Tentara Jepang yang mengetahui pendokumentasian proklamasi berhasil merampas kamera Alex Mendur. Kemudian menghancurkan pelat-pelat negatif. Namun Frans lebih beruntung dan sempat menyembunyikan negatif karyanya. Ia menanam film-film itu di bawah pohon di halaman kantor Asia Raya. Saat tentara Jepang menggeledahnya ia mengaku filmnya telah dirampas Barisan Pelopor. Ketika keadaan berangsur aman Alex dan Frans mencuri-curi kesempatan untuk mencetak foto itu di kamar gelap Kantor Berita Domei.
Meski berita proklamasi kemerdekaan itu tersiar di surat kabar esok harinya tapi foto proklamasi baru dimuat pada Februari 1946 di harian Merdeka. Kelak film bersejarah ini hilang dan hanya menyisakan lembar foto cetak.
Perkembangan foto jurnalistik di tanah air semakin konsisten dan berkelanjutan setelah kantor berita Antara mendirikan Galeri Foto Jurnalistik Antara (GFJA) tahun 1992, galeri pertama yang fokus pada foto jurnalistik.
Foto jurnalistik di Indonesia semakin maju karena masyarakat fotografi di tanah air peka terhadap tren foto dunia. Banyak pameran, kompetisi, dan pelatihan-pelatihan foto diadakan. Komunitas-komunitas fotografi juga bermunculan dan tumbuh. Komunitas yang dibangun dengan semangat untuk maju. Foto jurnalistik jadi satu aliran foto yang terus menerus diperbincangkan dan diulas oleh para pegiatnya. Kemajuan foto jurnalistik di tanah air juga ditandai dengan makin seringnya jurnalis-jurnalis foto Indonesia yang menjuarai kontes foto jurnalistik bergengsi tingkat internasional.
KRITERIA­-KRITERIA FOTO JURNALISTIK
1.Jujur tanpa rekayasa
Foto yang diambil untuk dimasukan kedalam artikel atau dipublikasikan harus orisinil, tidak boleh di edit atau di photoshop terlebih dahulu.
2.Mengandung banyak informasi
Foto harus mengandung sebuah pesan atau informasi yang faktual, agar berguna bagi masyarakat. Lebih banyak informasi yang disampaikan, lebih bagus.
3.Menarik banyak perhatian
Semua foto harus menarik, agar para pembaca mau melihatnya. Salah satu cara agar foto menarik banyak perhatian adalah mengambil foto yang aktual (foto terbaru).
4.Wajar dan layak dipublikasikan
Foto­-foto yang dipublikasikan harus lazim, tidak senonoh. Mereka harus wajar dan layak dipublikasikan.
Definisi dan Jenis Foto Jurnalistik
Foto jurnalistik merupakan produk dari jurnalisme foto, yakni kegiatan jurnalistik yang dilakukan melalui fotografi.Foto jurnalistik merupakan foto yang mengandung nilai berita, fungsinya adalah untuk melengkapi teks berita dalam media cetak mau pun media online.
Terkadang, foto jurnalistik hadir sebagai berita tersendiri sehingga disebut foto berita dengan disertai keterangan foto atau caption.Foto jurnalistik dibuat oleh seorang pewarta foto atau biasa disebut photojournalist.
Foto berita biasanya ditampilkan pada halaman utama sebuah surat kabar dengan tujuan menarik minat pembaca. Seperti halnya karakteristik berita, foto jurnalistik atau foto berita pun memiliki karakteristik yang hampir sama, yakni aktual, faktual, penting, dan menarik. Selain itu, foto jurnalistik yang bertujuan untuk melengkapi teks berita tentunya harus relevan dengan isi berita yang dilengkapinya.
  • Foto Berita vs Foto Feature
Mendefinisikan apa itu foto berita dan foto feature memang agak sulit. Tapi keduanya dapat dibedakan berdasarkan bobot dan periode penyiarannya. Membedakan foto berita dengan foto feature sama halnya dengan membedakan antara berila langsung (straight news) dengan feature.Foto berita umumnya segera disiarkan karena dikhawatirkan foto akan basi jika disimpan terlalu lama, sedangkan foto feature sifatnya tahan lama sehingga dapat disiarkan kapan saja. Foto berita biasanya bertemakan kriminal, politik, olahraga, dan ekonomi. Sedangkan foto feature umumnya bertemakan hiburan (entertainment).
  • Jenis Foto Jurnalistik
Berikut ini beberapa jenis foto jurnalistik berdasarkan kategori dalam lomba foto tahunan yang diselenggarakan World Press Photo Foundation, antara lain:
Spot Photo : foto yang dibuat dari peristiwa yang tidak terduga.
Sport Photo : foto dari peristiwa olahraga.
People in the News Photo : foto orang, tokoh, atau masyarakat dalam suatu berita.
General News Photo : foto yang dibuat dari peristiwa terjadwal atau biasa.
Potrait : foto yang menampilkan wajah seseorang secara close up.
Science and Technology Photo : foto yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
Social and Environtment : foto tentang kehidupan sosial masyarakat serta lingkungan hidupnya.
Daily Life Photo : foto dari kehidupan sehari-hari yang dipandang dari sudut human interest.
Art and Culture Photo : foto yang berkaitan dengan peristiwa seni dan budaya.

Tips Membuat Foto Jurnalistik
Momen. Momen dalam dunia jurnalistik hanya akan terjadi sekali alias tidak dapat diulang, berbeda dengan fotografer model yang dapat menciptakan momen sendiri.
AngleAngle atau sudut pengambilan gambar sangat penting, karena setiap angle dalam sebuah foto dapat menciptakan persepsi tersendiri bagi orang yang melihatnya.
Komposisi. Komposisi foto yang baik akan memudahkan orang yang melihat untuk memahami maksud atau pesan foto yang ingin disampaikan sang fotografer.
Pencahayaan.Pencahayaan sangat penting dalam fotografi, keran fotografi adalah seni menangkap cahaya. Seandainya poin satu sampai tiga sudah didapat, apa jadinya jika pencahayaannya kurang atau bahkan berlebihan. Tentu foto akan terlihat gelap atau malah putih semua, sehingga pesan dalam foto tidak tersampaikan.
Patuhi kode etik.Mengabadikan atau menyiarkan foto yang berkaitan dengan ranah pribadi seseorang tanpa seizin orang yang bersangkutan tentu dilarang. Jika terjadi, hal ini dapat dituntut secara hukum.Demikian ulasan mengenai definisi dan jenis foto jurnalistik, disertai dengan tips membuat foto jurnalistik. Mohon maaf bila ada kesalahan dalam segi redaksi mau pun substansi, karena saya memang bukan ahli.

Pengertian Dan Penjelasan Penyuntingan Naskah
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Penyuntingan Naskah
Menurut KBBI (2007:1106) definisi penyuntingan adalah proses, cara, perbuatan menyunting atau sunting-menyunting. Sedangkan definisi menyunting adalah
  1. Menyiapkan naskah siap cetak atau siap terbit dengan memperhatikan segi sistematika penyajian, isi, dan bahasa (menyangkut ejaan, diksi, dan struktur kalimat).
  2. Merencanakan dan mengarahkan penerbitan (surat kabar, majalah).
  3. Menyusun atau merakit (film, pita rekaman)dengan cara memotong-motong dan memasang kembali.
Untuk menjadi penyunting naskah ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh seseorang. Persyaratan itu meliputi penguasaan ejaan bahasa Indonesia, penguasaan tata bahasa Indonesia, ketelitian dan kesabaran, kemampuan menulis, keluwesan, penguasaan salah satu bidang keilmuan, pengetahuan yang luas dan kepekaan bahasa.
Salah satu tugas dan kewajiban ilmuwan (scientist) dan pandit (scholars) yang melakukan penelitian ialah melaporkan hasil kegiatannya kepada masyarakat lingkungan yang mendukungnya.Laporan ittu harus ditulis selengkapnya secara jelas, tepat tetapi singkat dan lugas untuk kemudian diterbitkan.                 Dalam proses penyiapan penerbitan laporan itu terlibat penyunting yang akan membantu pengolahan naskah tertulis untuk menjadi bahan tercetak yang akan disampaikan ke masyarakat luas untuk dibaca.
Salah satu tugas pokok penerbit adalah menerbitkan naskah pengarang/penulis menjadi buku.
Definisi naskah sendiri menurut KBBI (2007:776) adalah
1.    Karangan yang masih ditulis dengan tangan
2.    Karangan seseorang yang belum diterbitkan
3.    Bahan-bahan berita yang siap untuk diset
Perlu ditekankan sekali lagi bahwa tugas penyunting karya terbatas pada pengolahan naskah menjadi suatu bahan yang siap , dan menawasi pelaksaan segi teknis sampai naskah tadi . penyunting bukan penerbit, jadi mereka tidak bertanggung jawab atas masalahkeuangan, penyebaluasan serta pengelolaan suatu penerbitan. Para penyunting bertanggung jawab atas isi dan bukan atas produksi bahan yang diterbitkan.
Tujuan Penyuntingan
  1. Tujuan Penyuntingan yang dilakukan oleh para penyunting adalah sebagai berikut.
  2. Untuk menjadikan taipskrip sebagai karya yang sempurna yang dapat dibaca dan dihayati dengan mudah oleh pembaca apabila diterbitkan kelak.
  3. Untuk memastikan pengaliran atau penyebaran idea daripada penulis kepada pembaca dapat disampaikan dalam bahasa yang gramatis, jelas, indah dan menarik.
  4. Untuk menjadikan persembahan e-buku yang akan diterbitkan itu dapat menggambarkan nilai dan identiti karya itu sendiri sehingga dapat menarik. minat pembaca.
  5. Untuk memastikan pengaliran dan fakta berkenaan disampaikan dengan jelas, tepat, dan tidak menyalahi agama, undang-undang, dan norma masyarakat.
Dalam penyuntingan, kita mengenal dua tahap penyuntingan, yaitu penyuntingan substansif dan penyuntingan kopi. Berdasarkan tahap-tahap penyuntingan yang ada, maka ada beberapa tujuan lain dari penyuntingan.
Penyuntingan Substantif
Tujuan penyuntingan subtantif dilakukan adalah untuk memastikan hasrat atau idea penulis dapat disampaikan setepat, sepadat, dan sejelas yang mungkin. Semasa membuat penyuntingan subtantif, editor akan membaca taipskrip sepintas lalu dengan memberikan tumpuan kepada kandungan, pendekatan secara menyeluruh, bahasa, susunan atau konsep taipskrip berkenaan.
Berdasarkan hal diatas, editor akan membuat teguran dan cadangan kepada penulis untuk sama ada melengkapkan taipskrip, menulis semula, menyusun semula, menggugurkan atau memotong bahagian teks atau ilustrasi yang tidak perlu, dan membuat tambahan.
Berikut ialah perkara yang perlu diteliti semasa penyuntingan substantif:
  1. Tajuk tepat dan jelas
  2. Pembahagian bab dan tajuk kecil jelas
  3. Adanya kesinambungan antara bahagian, bab dan paragraf.
  4. Keseimbangan antara setiap bab dan paragraf.
  5. Taipskrip tidak bertentangan dengan undang-undang, moral dan agama.
  6. Penguasaan bahasa, keselarasan istilah dan ejaan.
  7. Bahan awalan, teks dan akhir hendaklah lengkap mengikut halamankandungan.
  8. Petikan bahan daripada karya lain telah mendapat keizinan.
  9. Penyuntingan Copy
Tujuan penyuntingan kopi adalah untuk menghapuskan semua halangan yang wujud antara pembaca dengan apa yang hendak disampaikan oleh penulis. Penyuntingan kopi memerlukan perhatian yang teliti terhadap setiap butiran di dalam taipskrip.
Editor perlu berpengetahuan tentang apa yang patut disunting dan gaya yang patut diikuti di samping mempunyai kebolehan untuk membuat keputusan dengan cepat, lojik, dan yang boleh dipertahankan.Semasa membuat suntingan kopi, editor akan membaca taipskrip berkenaan dengan teliti, iaitu membaca perkataan demi perkataan, ayat demi ayat, baris demi baris dan kadang-kadang melihat huruf demi huruf. Kebanyakan daripada masa penyuntingan itu, editor akan berurusan dengan hal penyusunan, bahasa dan kebolehbacaan taipskrip itu.
Tahapan dalam penyuntingan kopi:
  • Membuat penyuntingan baris demi baris.
  • Memberi tumpuan khusus kepada fakta dan bahasa.
  • Memastikan keselarasan ejaan, istilah dan gaya bahasa.
  • Memastikan ketepatan dan keselarasan ilustrasi dan bahan lain dalam teks tersebut.
Berikut ialah hal-hal yang perlu diteliti semasa penyuntingan kopi:
  1. Fakta – Pastikan semua butiran dalam teks betul. Editor perlu menyemak dengan teliti untuk memastikan ketepatan. Kadang-kadang kesilapan fakta boleh berlaku semasa teks ditaip.Contohnya, papan lapis menjadi papan lapik dan tidak mahal harganya menjadi mahal harganya.Selain itu ada sesetengah pernyataaan yang tidak tepat dan berunsur negatif sehingga boleh membawa kepada tindakan undang-undang.
  1. Bahasa, bahasa yang dimaksud mencakup.
  • Diksi ialah pemilihan penggunaan kata-kata. Dalam hal ini editor kopi perlu memastikan
  • kata-kata yang dipilih berkesan dari segi maksud dan
  • kata-kata yang dipilih sesuai dengan laras bahasa yang digunakan.
  1. Kode Etik Penyuntingan Naskah
    Dalam penyuntingan naskah, ada rambu-rambu yang perlu diperhatikan penyunting naskah sebelum mulai menyunting.Dengan demikian, tidak terjadi persoalan/masalah di kemudian hari, terutama dalam kaitannya dengan penulis/pengarang.Rambu-rambu ini merupakan pedoman/pegangan bagi penyunting dalam menyunting naskah.Rambu-rambu inilah yang kita sebut “Kode Etik Penyuntingan Naskah”.
Adapun kode etik dalam penyuntingan naskah adalah
  • Penyunting naskah wajib mencari informasi mengenai penulis naskah sebelum mulai menyunting naskah.
  • Penyunting naskah bukanlah penulis naskah.
  • Penyunting naskah wajib menghormati gaya penulis naskah.
  • Penyunting naskah wajib merahasiakan informasi yang terdapat dalam naskah yang disuntingnya.
  • Penyunting naskah wajib mengonsultasikan hal-hal yang mungkin akan diubahnya dalam naskah.
  • Penyunting naskah tidak boleh menghilangkan naskah yang akan, sedang, atau telah disuntingnya.
Ragam Bahasa Jurnalistik dalam Penulisan Berita
Bahasa Jurnalistik
Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh semua orang dalam berkomunikasi dengan orang lainnya. Bahasa yang digunakan wartawan dalam dalam menulis karya jurnalistik dalam media massa disebut sebagai bahasa pers atau bahasa jurnalistik. Pada dasarnya bahasa jurnalistik digunakan oleh wartawan (jurnalis) dalam menulis karya-karya jurnalistik di media massa (Anwar, 1991). Dengan demikian, bahasa Indonesia pada karya-karya jurnalislah yang bisa disebut sebagai bahasa jurnalistik atau bahasa pers.
Menurut Sudaryanto bahasa jurnalistik atau biasa disebut sebagai bahasa pers merupakan salah satu ragam bahasa kreatif bahasa indonesia disamping terdapat juga ragam bahasa akademik (ilmiah), ragam bahasa usaha (bisnis), ragam bahasa filosofik, ragam bahasa literatur (sastra) (Suroso, 2001). Menurut Anwar, bahasa jurnalistik adalah suatu ragam bahasa yang memiliki sifat khas yaitu singkat, padat, sederhana, lancar, dan menarik dengan tidak menganggap remeh kaidah tata bahasa dan ejaan (Semi. 1994). Sedangkan menurut Wojowasito, bahasa juranlistik adalah bahasa komunikasi massa sebagai mana tampak dalam harian-harian dan majalah-majalah.
Bahasa jurnalistik memiliki karakter yang berbeda-beda berdasarkan jenis tulisan apa yang akan diberitakan. Hal ini karena dalam menulis banyak faktor yang dapat mempengaruhi karakteristik bahasa jurnalistik.Selain itu, karena keterbatasannya bahasa jurnalistik memiliki sifat yang khas yaitu singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas, dan menarik.
Sifat-sifat khas ini menurut Badudu (Suroso, 2001),yaitu :
  • Singkat, yaitu harus menghindari penjelasan yang bertele-tele.
  • Padat, yaitu bahasa yang singkat itu sudah mampu menyampaiakn informasi yang lengkap. Menerapkan prinsip 5W+1H, membuang kata-kata mubazir serta menerapkan ekonomi kata.
  • Sederhana, yaitu bahsa jurnalistik sedapat mungkin memilih kalimat tunggal dan sederhana, bukan kalimat majemuk yang panjang, rumit, dan kompleks. Kalimat yang efektif, prakits, sederhana pemakaian kalimatnya, tidak berlebihan pengungkapannya (bombastis).
  • Lugas, yaitu mampu menyampaikan pengertian atau makna informasi secara langsung dengan menghindari bahasa yang berbunga-bunga.
  • Menarik, yaitu menggunakan pilihan kata-kata yang hidup, tumbuh, dan berkembang. Menghindari kata-kata yang sudah mati.
Sifat-sifat tersebut merupakan hal yang harus terpenuhi dalam bahasa jurnalistik mengingat hasil karya jurnalis tersebut dibaca oleh hampir semua lapisan masyarakat yang tidak sama tingkat pemahaman maupun pengetahuannya, dan juga karena tidak semua orang memiliki banyak waktu untuk membacanya. Dengan demikian bahasa jurnalistik harus dapat dipahami dalam ukuran intelek yang minimal dan juga mengutamakan kemampuan menyampaikan informasi kepada pembaca secara cepat dan komunikatif.
Namun demikian bahasa jurnalistik tidak meninggalkan kaidah yang dimiliki oleh ragam bahasa Indonesia, seperti dalam hal pemakaian kosakata, struktur sintaksis dan wacana. Hal ini karena bahasa jurnalistik lebih menekankan pada daya kekomunikatifannya, yaitu sebagai barikut (Suroso, 2001) :
  • Pemakaian kata-kata yang benar
    Kata merupakan modal dasar dalam menulis. Semakin banyak kosakata yang bisa dikuasai sesorang, semakin banyak pula gagasan yang dikuasainya dan sanggup diungkapkannya. Dalam penggunaan kata, penulis yang menggunakan ragam bahasa Indonesia dihadapkan pada dua hal yaitu ketepatan dan kesesuaian pilihan kata. Ketepatan dalam arti bahwa pilihan kata tersebut tidak akan menimbulkan interpretasi yang berlainan antara penulis dan pembaca, sedangkan kesesuaian dalam arti bahwa pilihan kata tersebut tidaklah merusak wacana.
  • Penggunaan kalimat efektif
    Keefektifan ini sangat menunjang pada proses penyampaian dan penerimaan informasi. Karena itu kefektifan kalimat haruslah dapat membuat isi dan maksud yang disampaikan tergambar dalam pikiran si pembaca, persis dari apa yang dituliskan. Keefektifan kalimat ditunjang antara lain oleh keteraturan struktur atau pola kalimat yang benar, serta kalimat yang harus mempunyai tenaga yang menarik.

  • Penggunaan alinea/pragraf yang kompak
    Alinea merupakan suatu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari beberapa gagasan penjelas. Pembuatan alinea bertujuan memudahkan pengertian dan pemhaman dengan memisahkan suatu tema dari tema yang lain.
  • Penulisan Berita
Berdasarkan pengertian Wojowasito diatas kita memahami bahwa berita merupakan karya bidang jurnalistik. Sehingga apa yang ditulis dalam berita disini haruslah sejalan dengan bahasa jurnalistik yang kita bahas sebelumnya. Berita yang dimaksud disini adalah beberapa informasi atau sejumlah kabar-kabar dari situasi, kondisi, perbuatan, tindakan, maupun keadaan tertentu yang dianggap perlu untuk diketahui oleh khalayak ramai atau banyak orang.Berita yang disampiakn disini sudah pasti haruslah informasi yang benar adanya atau benar-benar terjadi, tanpa adanya tambahan informasi yang tidak benar apalagi sampai memicu kekacauan.Karena itu berita haruslah pula memperhatikan asas keamanannya.
Orang-orang yang bertugas mencari dan mengumpulkan informasi inilah yang disebut sebagai wartawan. Fokus wartawan dalam profesinya itu adalah berita, bagaimana cara menyajikannya kepada khalayak sehingga berita tersebut bertul-betul layak, enak dibaca serta keterpihakan pada proposional berita yang sesungguhnya
Semi (1995:11) mengemukakan bahwa berita adalah cerita atau laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang faktual, baru, dan luar biasa sifatnya. Menurut Semi (1995:25) ada beberapa ciri berita yang dipandang perlu untuk sebuah berita agar berkualitas dan menarik untuk dibaca antara lain :
  1. Kejadian itu merupakan sebuah fakta.
  2. Kejadian itu baru, luar biasa.
  3. Skandal atau persengkataan
  4. Memperhatikan selera konsumen.
  5. Mapatoto (1994:35) menambahkan bahwa ada beberapa unsur yang menarik yang diinginkan oleh pembaca yaitu :
  6. kebaruan (time lenses),
  7. kedekatan (proximity),
  8. keanehan (unusualness),
  9. daya pikat manusiawi (human interest), dan
konsekuensi.
Beberapa indikator yang perlu diperhatikan dalam menulis berita menurut Anwar (1984:12)adalah :
  1. Gunakan kalimat-kalimat pendek.
  2. Gunakan bahasa biasa yang mudah dipahami orang
  3. Gunakan bahasa sederhana dan jernih penguatannya
  4. Gunakan bahasa tanpa kalimat majemuk
  5. Gunakan bahasa dengan kalimat aktif, bukan kalimat pasif
  6. Gunakan bahasa padat dan kuat
  7. Gunakan bahasa positif bukan bahasa negatif
  8. Selain itu, dalam penulisan berita terdapat beberapa kesalahan yang perlu diperhatikan diantaranya menurut Mustakim (1993:31) adalah :
  9. Pemenggalan kata
  10. Pemakaian huruf miring/tanda garis sambung
  11. Penulisan berbagai kata
  12. Penulisan kata ulang
  13. Penulisan kata depan
  14. Penulisan partikel
  15. Penulisan singkatan dan akronim
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa penyuntingan adalah proses, cara, perbuatan menyunting atau sunting-menyunting yakni menyiapkan naskah siap cetak atau siap terbit dengan memperhatikan segi sistematika penyajian, isi, dan bahasa (menyangkut ejaan, diksi, dan struktur kalimat).Sedangkan naskah adalah karangan yang masih ditulis dengan tangan atau     karangan seseorang yang belum diterbitkan.
Saran
Jurnalistik merupakan ilmu terapan yang bisa didapatkan secara otodidak, kursus, baca, dan latihan secara intensif.Namun jika hendak mendalaminya secara keilmuan atau akademis, tentu saja harus masuk pendidikan formal. Dalam jurnalistik penyuntingan merupakan sebuah bagian atau proses dari terbitnya sebuah berita atau sebagainya. Dalam mendalami tentang dunia jurnalistik terutama penyuntingan, sangat dituntut pemahaman tentang penggunaan kaidah bahasa Indonesia. Karena hal ini akan menunjang profesionalisme seorang penyunting. Selain itu, pemahaman tentang teori atau ilmu tentang penyuntingan akan sangat bermanfaat.
Sumber Referensi
Anwar, Rosihan. 1991. Bahasa Jurnalistik dan Komposisi. Pradnya Paramita. Jakarta
Mappatoto, Andi Baso. 1994. Teknik Penulisan Feature. Gramedia. Jakarta
Semi, Atar. 1995. Teknik Penulisan Berita, Feature, dan Artikel. Nusantara. Bandung
Suroso.2001. Bahasa Jurnalistik Sebagai Materi Pengajaran BIPA Tingkat Lanjut.Makalah Seminar Jurnalisme Multimedia. Jakarta

Jurnalistik Non Berita



NON-BERITA
Jurnalistik dipahami sebagai pengetahuan tentang penulisan, penafsiran, proses dan penyebaran informasi secara sistematik dan dapat dipercaya untuk diterbitkan kepada masyarakat umum melalui media massa. Pengertian ini memberi pemahaman kalau sebuah tulisan tidak akan disebut karya jurnalistik jika tidak disajikan kepada publik atau masyarakat melalui media massa.
Kemudian dalam kajian jurnalistik, tulisan dalam media massa selama ini dikenal dalam dua bentuk, yakni berita dan non berita. Jurnalistik non berita adalah opini, profil dan sebagainya yang mencakup artikel, opini, kolom, essai, resensi, tajuk rencana, karikatural, dan pojok.

A.    Artikel
Artikel didefiniskan sebagai "pemikiran, pendapat, ide dan opini seseorang tentang berbagai tema dan peristiwa". Menulis artikel tidak jauh beda dengan bentuk tulisan lain, susunannya adalah:
1.      Menentukan tema
Tema sebaiknya aktual atau mengangkat topik yang sedang hangat diperbincangkan. Inspirasi dapat berasal dari ide yang diperoleh dari proses berpikir, pendapat orang lain atau dari peristiwa yang kita ketahui baik secara langsung maupun tidak langsung.
2.      Sudut pandang penulisan
Sudut pandang dapat ditinjau dari aspek politik, ekonomi, hukum, budaya, agama, dan sebagainya. Artikel dapat pula dibuat dengan menggabungkan berbagai sudut pandang tersebut. Jika berita manyajikan hanya fakta tentang apa yang telah terjadi, artikel memuat ulasan tentang fakta yang telah terjadi itu dan dapat memuat apa yang bakal terjadi (prediksi) secara, ulasannya tentu mesti diperkuat dengan berbagai argumentasi dan dapat didukung dengan data yang akurat.
3.      Topik bahasan
Judul dalam artikel biasanya tidak sama persis dengan topik yang dibicarakan, semisal topik tentang "Kenaikan Harga BBM" judul artikel dapat saja menjadi "Aksi Menolak Kenaikan Harga BBM Mulai Marak". Judul ini sebaiknya dibuat singkat, namun mesti menjiwai seluruh isi tulisan dan dapat menggelitik orang untuk pembacannya.
Patut dipahami, kalau artikel merupakan karya jurnalisik yang mempunyai nilai ilmiah bahkan merupakan karya ilmiah. Karena dalam artikel susunan penulisannya mengikuti kaidah karya ilmiah: ada batasan-batasan permasalahan yang diungkapkan untuk selanjutnya diurai dalam tulisan, bahasa yang digunakan adalah bahasa ilmiah-baku yang tidak kaku.

B.     Opini
Dalam pemahaman sederhana, opini adalah sebagai sebuah tulisan yang memuat pendapat atau pandangan penulis. Opini bukan merupakan konstruksi peristiwa, tetapi lebih pada penilaian terhadap peristiwa (fakta), jadi dalam opini terdapat unsur-unsur subyektifitas penulis dalam penyajiannya. Dalam hal penulisan, opini tidak mesti berdasar pada rumus 5W+IH sebagaimana berita. Opini adalah artikel yang mengandung subjektivitas, bukan hanya fakta.
Menulis sebuah opini sama halnya dengan menulis artikel, perlu menentukan tema dan kerangka karangan. Namun biasanya untuk opini (semisal dalam bentuk surat pembaca) hanya mengungkapkan satu tema khusus yang sifatnya lebih menyoroti topik tertentu yang lebih sempit. Sedangkan opini dalam bentuk artikel mengulas suatu hal lebih luas dan mendalam meski tetap pada satu tema tertentu. Dalam jurnalistik, ada beberapa bentuk penulisan opini, yakni artikel, kolom, esai, resensi.

C.    Kolom dan Essai
Kolom dimaksudkan untuk mengurai permasalahan menjadikan lebih terarah. Dalam penulisannya, kolom tidak ketat seperti artikel, bahasa yang digunakan lebih lentur, mudah dipahami, serta terkesan santai. Sementara bentuk tulisan essai lebih longgar dan lebih pendek dari kolom. Dalam essai, kekhasan personal penulisnya lebih ditonjolkan dalam mengurai permasalahan. Sehingga biasanya karakter penulis akan tercermin saat memaparkan idenya dalam essai yang ditulisnya.

D.    Resensi
Resensi merupakan bentuk tulisan dalam hal pengambaran atau analisa terhadap sebuah teks. Teks dimaksud dapat berupa buku, film, pertunjukan teater, pameran seni maupun lagu. Sebagian orang menyebut resensi sama dengan sinopsis, pengambaran secara global tentang teks. Namun sebenarnya tidaklah sama, karena dalam resensi ada sentuhan analisa penulis. Seorang resensor juga harus berlaku subyektif mungkin dalam menggambarkan atau menganalisa teks.

E.     Tajuk Rencana
Tajuk rencana atau editorial adalah opini berisi pendapat dan sikap resmi suatu media sebagai institusi penerbitan terhadap persoalan aktual , fenomenal, dan atau kontroversial yang berkembang dalam masyarakat Tajuk rencana memuat fakta dan opini yang disusun secara ringkas dan logis.
Biasanya judul editorial sifatnya meghimbau pembaca dengan menggunakan kalimat untuk paragraf awal (lead) yang tidak terlalu panjang. Editorial yang baik mengandung keseimbangan antara menentukan dan menganalisa problema dengan logis dengan penyajian hasil analisa dalam bentuk tulisan yang enak dibaca.
Kalau artikel, opini dan surat pembaca dalam surat kabar merupakan pendapat seseorang pembaca terhadap suatu masalah, peristiwa atau kejadian tertentu. Tajuk Rencana atau editorial adalah opini atau pendapat redaksi media massa bersangkutan.

F.     Karikatural
Secara etimologis, karikatur berasal dari bahasa Italia, caricare, yang artinya melebih-lebihkan. Karikatur merupakan representasi sikap atau karakter seseorang dengan cara melebih-lebihkan sehingga melahirkan kelucuan.Karikatur juga sering dipakai sebagai sarana kritik sosial dan politik.

G.    Pojok
Pojok adalah kutipan pernyataan singkat narasumber atau peristiwa tertentu yang dianggap menarik atau kontroversial untuk kemudian dikomentari pihak redaksi dengan kata-kata atau kalimat yang mengsuik , menggelitik, dan ada kalanya  reflektif.



Ciri-ciri pojok :
a.       Berisi dua alinea. Alinea pertama menyajikan suntingan berita atau peristiwa. Alinea kedua menyajikan opini atau pandangan-pandangan dari media massa tersebut sebagai respon terhadap isi yang tersaji dalam alinea pertama.
  1. Isi yang disajikan baik dalam alinea pertama maupun dalam alinea kedua , biasanya terangkai dalam kalimat-kalimat pendek.
Opini atau pendangan-pandangan dari lembaga surat kabar disajikan dalam kalimat-kalimat bernada sinis dan humoris.

Karena keberadaan jurnalistik non berita ini, maka media massa terutama media cetak menjadi pilihan bagi penulis untuk menyampaikan ide, gagasan, pendapat, fakta, data atau informasi lain agar diketahui publik.

FEATURE
Feature adalah tulisan hasil reportase (peliputan) mengenai suatu objek atau peristiwa yang bersifat memberikan informasi, mendidik, menghibur, meyakinkan, serta menggugah simpati atau empati pembaca. Penulisan ini tidak terikat oleh 5W + 1H dan tidak terikat waktu, jadinya lebih awet.
Penulisan feature itu lebih santai dan fleksibel. Selain itu, feature lebih bersifat subyektif (tersirat opini atau sudut pandang penulis) sehingga opini itu tersamar dalam pelukisan suasana, penggunaan contoh-contoh, serta penyertaan nara sumber pilihan yang dapat dipertanggungjawabkan kredibilitasnya.
Sebuah feature hendaknya ditulis dengan gaya bertutur, deskriptif, sedemikian rupa sehingga susunan kata dan kalimatnya mampu menggambarkan atau melukiskan suatu profil atau peristiwa tertentu. Oleh karena itu, feature sesungguhnya sebuah “cerita”, tapi bukan cerita mengenai fiksi melainkan mengenai fakta.

Perbedaan feature dengan straight news :

Feature:
-          Informasi yang disajikan ringan
-          Emosional penonton
-          Nilai kemanusiaan
-          Tidak terikat waktu
-          Bersumber dari berita
News:
-          Fakta
-          Tidak rekayasa
-          Penulisan lebih mendalam
-          Penyelidikan data mendalam
-          Dikupas secara mendalam
-          Informasi yang disajikan berat


Persamaan feature dengan straight news:
Persamaan straight news dan feature terletak pada penulisannya yang menggunakan piramida terbalik. Piramida terbalik sendiri adalah menempatkan sesuatu dari yang terpenting mencakup 5W + 1H di atas hingga mengerucut ke bawah pada suatu yang tidak penting atau hanya sebagai pelengkap berita. Hal ini dimaksudkan agar saat proses editing, tidak ada info penting yang terpotong.

A.    Cirri umum feature:
1.      Lengkap
Sebuah feature disebut lengkap bila menyatukan bagian-bagian fakta dari suatu peristiwa, dan memadukan jalan pikiran penulisnya dalam bagian pendahuluan, rincian atau uraian , dan kesimpulan atau penutup (punch).
2.      Melawan Kebasian
Feature dapat menjadi alat ampuh melawan kebiasaan berita. berita hanya berumur 24 jam. Dengan feature, sebuah berita dapat dipoles menjadi menarik kembali dan tetap aktual.
3.      Non Fiksi
Feature merupakan pengungkapan fakta-fakta yang dirangkai menjadi satu kesatuan dan memebrikan gambaran yang jelas dan utuh kepada pembaca mengenai suatu peristiwa atau suatu objek.
4.      Bagian Dari Media Massa
Sebuah feature harus disajikan dalam media massa, baik cetak (surat kabar, majalah dan buletin) maupun elektronik (televisi dan radio, web dan blog)
5.      Panjang tak Tentu
Belum ada ketentuan mengenai panjang pendeknya sebuah feature, sehingga tulisanfeature sangat bervariasi tergantung penulisnya. Panjang pendeknya sebuah featuretergantung pada penting-tidaknya peristiwa, menariknya aspek yang diungkap, dan bagaimana penulis berusaha mewarnai feature sehingga memikat dari awal sampai akhir.

B.     Ciri khas feature:
1.      Mengandung segi human interest. Tulisan feature memberikan penekanan pada fakta-fakta yang dianggap mampu menggugah emosi-menghibur, memunculkan empati dan keharuan. Dengan kata lain, sebuah feature juga harus mengandung segi human interest atau human touch-menyentuh rasa manusiawi. Karenanya, feature termasuk kategori soft news (berita ringan) yang pemahamannya lebih menggunakan emosi. Berbeda dengan hard news (berita keras), yang isinya mengacu kepada dan pemahamannya lebih banyak menggunakan pemikiran.
2.      Mengandung unsur sastra. Satu hal penting dalam sebuah feature adalah ia harus mengandung unsur sastra. Feature ditulis dengan cara atau gaya menulis fiksi. Karenanya, tulisan feature mirip dengan sebuah cerpen atau novel-bacaan ringan dan menyenangkan-namun tetap informatif dan faktual. Karenanya pula, seorang penulis feature pada prinsipnya adalah seorang yang sedang bercerita.

C.    Jenis Jenis Feature
1.      Feature kepribadian
Profil mengungkap manusia yang menarik. Misalnya, tentang seseorang yang secara dramatik, melalui berbagai liku-liku, kemudian mencapai karir yang istimewa dan sukses atau menjadi terkenal karena kepribadian mereka yang penuh warna. Agar efektif, profil seperti ini harus lebih dari sekadar daftar pencapaian dan tanggal tanggal penting dari kehidupan si individu. Profil harus bisa mengungkap karakter manusia itu.
Untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan, penulis feature tentang pribadi seperti ini seringkali harus mengamati subyek mereka ketika bekerja; mengunjungi rumah mereka dan mewawancara teman-teman, kerabat dan kawan bisnis mereka. Profil yang komplit sebaiknya disertai kutipan-kutipan si subyek yang bisa menggambarkan dengan pas karakternya. Profil yang baik juga bisa memberikan kesan pada pembacanya bahwa mereka telah bertemu dan berbicara dengan sang tokoh.
2.      Feature sejarah
Feature sejarah memperingati tanggal-tanggal dari peristiwa penting, seperti proklamasi kemerdekaan, pemboman Hiroshima atau pembunuhan jenderal-jenderal revolusi. Koran juga sering menerbitkan feature peringatan 100 tahun lahir atau meninggalnya seorang tokoh.
Kisah feature sejarah juga bisa terikat pada peristiwa-peristiawa mutakhir yang memangkitkan minat dalam topik mereka. Jika musibah gunung api terjadi, koran sering memuat peristiwa serupa di masa lalu. Feature sejarah juga sering melukiskan landmark (monumen/gedung) terkenal, pionir, filosof, fasilitas hiburan dan medis, perubahan dalam komposisi rasial, pola perumahan, makanan, industri, agama dan kemakmuran.
3.      Feature petualangan
Feature petualangan melukiskan pengalaman-pengalaman istimewa dan mencengangkan mungkin pengalaman seseorang yang selamat dari sebuah kecelakaan pesawat terbang, mendaki gunung, berlayar keliling dunia pengalaman ikut dalam peperangan.
4.      Feature musiman
Reporter seringkali ditugasi untuk menulis feature tentang musim dan liburan, tentang Hari Raya, Natal, dan musim kemarau. Kisah seperti itu sangat sulit ditulis, karena agar tetap menarik, reporter harus menemukan angle atau sudut pandang yang segar.
5.      Feature Interpretatif
Feature dari jenis ini mencoba memberikan deskripsi dan penjelasan lebih detil terhadap topik-topik yang telah diberitakan. Feature interpretatif bisa menyajikan sebuah organisasi, aktifitas, trend atau gagasan tertentu. Misalnya, setelah kisah berita menggambarkan aksi terorisme, feature interpretatif mungkin mengkaji identitas, taktik dan tujuan terorisme. Berita memberikan gagasan bagi ribuan feature semacam ini. Setelah perampokan bank, feature interpretatif bisa saja menyajikan tentang latihan yang diberikan bank kepada pegawai untuk me-nangkal perampokan.
6.      Feature kiat (how-to-do-it feature)
Feature ini berkisah kepada pembacanya bagaimana melakukan sesuatu hal: bagaimana membeli rumah, menemukan pekerjaan, bertanam di kebun, mereparasi mobil atau mempererat tali perkawinan. Kisah seperti ini seringkali lebih pendek ketimbang jenis feature lain dan lebih sulit dalam penulisannya. Reporter yang belum berpengalaman akan cenderung menceramahi atau mendikte pembaca — memberikan opini mereka sendiri  bukannya mewawancara sumber ahli dan memberikan advis detil dan faktual.


LANGKAH MENULIS FEATURE
1.      Pilih kasus yang sangat menarik, yang menyangkut kepentingan banyak orang yang menarik untuk ditulis.
2.      Cari kaitan dengan news peg (gantungan cerita).
3.      Cari tau kasus yang di tulis apakah memenuhi kriteria sebagai kepentingan public.
4.      Kuasai bahan dengan lengkap dan akurat.
5.      Mulai menulis feature.

KESIMPULAN
Jurnalistik non berita adalah opini, profil dan sebagainya yang mencakup artikel, opini, kolom, essai, resensi, tajuk rencana, karikatural, dan pojok.

Artikel didefiniskan sebagai "pemikiran, pendapat, ide dan opini seseorang tentang berbagai tema dan peristiwa".

opini adalah sebagai sebuah tulisan yang memuat pendapat atau pandangan penulis.

Kolom dan essai untuk mengurai permasalahan menjadikan lebih terarah.

Resensi merupakan bentuk tulisan dalam hal pengambaran atau analisa terhadap sebuah teks.

Tajuk rencana atau editorial adalah opini berisi pendapat dan sikap resmi suatu media sebagai institusi penerbitan terhadap persoalan aktual , fenomenal, dan atau kontroversial yang berkembang dalam masyarakat Tajuk rencana memuat fakta dan opini yang disusun secara ringkas dan logis.

Karikatur merupakan representasi sikap atau karakter seseorang dengan cara melebih-lebihkan sehingga melahirkan kelucuan.

Pojok adalah kutipan pernyataan singkat narasumber atau peristiwa tertentu yang dianggap menarik atau kontroversial untuk kemudian dikomentari pihak redaksi dengan kata-kata atau kalimat yang mengsuik , menggelitik, dan ada kalanya  reflektif.